Saat itu pada hari Minggu pertengahan 2011, tak seperti biasanya Mulyana
tengah melamun di rumahnya. Entah perasaan darimana, tiba-tiba dia
teringat pada Ujang, teman lamanya. Dia dan Ujang memang sudah hampir
satu tahun tidak bersua. Untuk mengobati rasa penasaran, Mulyana mencoba
untuk menghubungi Ujang melalui HP, namun ternyata nomornya sudah tidak
bisa dihubungi.
Hal itu membuat Mulyana penasaran. Meski tinggal
sekota dengan Ujang di kota P, karena kesibukan pekerjaan masing-
masing dan jarak rumah mereka yang cukup jauh, sekitar 40 km, mereka
sudah setahun lebih tidak bertemu. Bahkan untuk sekedar berkomunikasi
via sms atau telepon pun tidak pernah.
Akhirnya, pada siang
harinya Mulyana pergi ke rumah Ujang mengendarai motor tuanya. Beruntung
Ujang ada di rumah. Mereka pun cerita panjang-lebar untuk melepas
kangen. Kebetulan juga hari itu Ujang tidak ada kegiatan sehingga mereka
berdua bisa leluasa mengobrol. Sampai akhirnya mereka berbincang
mengenai pekerjaan masing-masing, Ujang sendiri telah bekerja sebagai
PNS di kantor kecamatan setempat, sementara Mulyana menceritakan
mengenai bisnisnya saat ini.
Mulyana memang aktif berwiraswasta,
dan tanpa sadar Mulyana pun jadi curhat dan menceritakan
kesulitan-kesulitan bisnis yang sedang dialaminya sekarang, usaha
tokonya bisa dirasakan terasa makin menurun pendapatannya dan semakin
lama semakin tidak seimbang dengan pengeluarannya.
“Saya juga
heran Jang, padahal kalau dievaluasi tidak ada yang salah dengan toko
saya, pegawai bekerja dengan baik, administrasi juga lancar, tapi entah
mengapa seolah-olah toko saya tak bisa maju dan pengeluarannya jadi
semakin besar, pembeli malah semakin menurun,” papar Mulyana panjang
lebar.
“Hmm.. saya menangkap memang ada yang ganjil dalam
kehidupanmu, Mul. Tadi sudah terlihat sejak kamu datang ke sini,” ujar
Ujang. “Menurut penglihatan saya ada 3 mahluk halus yang menempel di
tubuhmu dan saya yakin ini adalah kiriman dari orang yang tidak
menyukaimu.”
“Wah, bagaimana kau bisa tahu?” tanya Mulyana keheranan.
“Sebetulnya
selama setahun terakhir ini, saya mendalami ilmu kebatinan, dan mungkin
atas kehendak Tuhan lah kita hari ini dipertemukan, kita berdoa saja
pada Tuhan, mudah-mudahan saya bisa menolongmu,” jelas Ujang.
Mungkin
inilah yang dinamakan petunjuk yang kuasa dan jawaban dari doa Mulyana
selama ini. Maka selanjutnya, Ujang memanggil seorang temannya untuk
datang kerumahnya, yaitu Sidik. Sidik juga merupakan rekan Ujang dalam
mendalami ilmu kebatinan. Setelah berkenalan dengan Mulyana dan
mengetahui duduk persoalannya, Sidik hanya manggut-manggut. “Ya,
kelihatannya memang kiriman guna- guna dari seseorang, sebaiknya mari
kita buktikan langsung,” ujar Sidik.
Setelah shalat Ashar, mereka
bertiga duduk di ruangan tengah rumah Ujang, menurut Ujang dan Sidik
yang akan dilakukannya saat ini hanya untuk membuktikan apakah benar
atau tidak ketiga mahluk halus di tubuh Mulyana adalah kiriman orang
lain atau bukan.
Ujang dan Sidik duduk berhadapan, sementara
Mulyana duduk disamping Sidik. Tangan Sidik bergerak seolah menarik
sesuatu dari tubuh Mulyana, saat itu Mulyana merasakan dadanya tiba-tiba
terasa sakit seolah ada yang merengsek keluar dari dalam dadanya.
Tiba-tiba saja Ujang yang duduk tenang mukanya berubah menjadi merah
menakutkan dan mengeluarkan suara yang berat dan sangat jelas itu bukan
suara Ujang. Ya, salah satu mahluk ditubuhnya ditarik keluar dan
dimasukan Sidik ke raga Ujang. Mulyana hanya bisa tertegun melihat
kenyataan itu. Kini dia mau tak mau percaya bahwa memang ada makhluk halus yang ditanam di dalam tubuhnya.
“Siapa kamu? Dari mana asalmu?” tanya Sidik pada makhluk tersebut
“Kamu
tidak perlu tahu saya siapa. Saya dari Panguragan dan disuruh majikan
saya untuk menghancurkan orang ini! Bahkan aku sudah menempatkan
tentaraku di rumah orang ini!” jawab makhluk itu kasar sambil menunjuk
ke arah Mulyana sambil tertawa menyeramkan.
“Kamu tidak boleh
mencampuri urusan manusia apalagi hendak mencelakakan dia, sekarang
bertobatlah, jangan ganggu dia dan tinggalkan tubuh pemuda ini,” ujar
Sidik
“Hahaha… jangan coba-coba menghalangi urusanku kalau tidak mau celaka,” ujar makhluk itu geram.
Sekonyong-konyong
tubuh Ujang bangkit dan menyerang Sidik, tapi dengan tenang Sidik
mengibaskan tangannya. Tubuh Ujang terpental sekitar 3 meter dan makhluk
itu menjerit-jerit kepanasan hingga akhirnya beberapa saat kemudian
tubuh Ujang tidak bergerak lagi.
“Makhluk itu sejenis Butoijo dan
dia sudah binasa,” ujar Sidik pada Mulyana. Lalu Sidik menyadarkan
kembali Ujang seperti sediakala. Ujang dan Sidik lalu menceritakan pada
Mulyana bahwa benar di dalam tubuhnya memang ada 3 makhluk halus dan
jelas itu kiriman dari orang yang tidak menyukainya, Mulyana keheranan
karena selama ini dia merasa tidak pernah memiliki musuh. “Sudahlah Mul,
nanti malam saya, Sidik dan teman-teman akan melakukan kontemplasi dan
meneropong sebetulnya apa yang terjadi denganmu, karena menurut makhluk
tadi banyak tentaranya di rumahmu. Kalau kamu berkenan besok malam saya
dan Sidik akan ke rumahmu dan akan mencoba menyelesaikannya, lagipula
masih ada dua mahluk gaib lagi di tubuhmu,” jelas Ujang.
“Baiklah
kalau begitu besok datang saja ke rumah, akan saya tunggu, saya juga
ingin terlepas dari guna-guna ini, sekarang saya pamit dulu,” jawab
Mulyana. Lalu Mulyana pun pulang dengan perasaan campur aduk.
sekonyong-konyong
tubuh Ujang bangkit dan menyerang sidik, tapi dengan tenang sidik
mengibaskan tangannya. Tubuh Ujang terpental 3 meter dan makhluk itu
menjerit-jerit kepanasan hingga tubuh ujang tidak bergerak lagi
Esok
malamnya, sesuai janji Sidik dan Ujang datang ke rumah Mulyana sesuai
janji. Dari hasil peneropongan pada malam sebelumnya, dijelaskan oleh
Ujang bahwa guna-guna tersebut, sudah melekat tidak hanya di Mulyana,
tapi juga di adiknya, ibunya dan rumahnya. Menurut Ujang guna-guna ini
sudah dikirim sejak sekitar dua tahun lalu oleh salah seorang rekan
kerja almarhum ayah Mulyana saat masih hidup.
Ayah Mulyana
sendiri sudah meninggal 4 tahun lalu karena sakit, ayah Mulyana memang
memegang jabatan cukup penting di kantornya, dan wajar saja bila ada
yang iri. Saking irinya orang tersebut, walaupun ayahnya sudah
meninggal, orang tersebut ingin menghancurkan keluarga ayahnya yang
terdiri dari Mulyana, adik dan ibunya. Tetapi orang tersebut mengirim
guna-guna bukan untuk membunuh, tapi untuk menghancurkan keluarga
Mulyana dengan pelan-pelan terutama dari segi ekonomi, sehingga sudah
mulai terasa, harta sedikit demi sedikit semakin berkurang, dan Mulyana
melakukan bisnis apapun selalu ada hambatannya sehingga bukannya semakin
makmur tapi malah semakin terpuruk. Guna-guna ini dikirim oleh seorang
dukun di daerah Pantura atas suruhan orang tersebut. Begitulah yang
diterangkan Ujang dan Sidik pada Mulyana, adiknya, serta ibunya pada
malam tersebut. “Tapi sudahlah, tak usah dipikirkan siapa pelakunya,
yang penting kita coba hilangkan semua pengaruh guna-gunanya,” nasehat
Ujang pada Mulyana.
“Ya tidak apa-apa, kalau memang seperti itu
bersihkan saja pengaruh guna-guna ini, supaya hidup kami kembali
normal,” ujar ibunya Mulyana.
Pembersihan guna-guna pun dimulai,
diawali dengan pembacaan doa-doa dan tawasul. Pembersihan dilakukan
pertama kali pada tubuh Mulyana. Pembersihan dilakukan dengan cara
mediasi seperti yang sudah dilakukan hari sebelumnya di rumah Ujang,
jadi Sidik memasukkan makhluk-makhluk gaib itu ke tubuh Ujang untuk
diajak berdialog dan dilakukan pemusnahan makhluk-makhluk tersebut.
Pertama
dilakukan pembersihan di tubuh Mulyana, dari tubuh Mulyana didapat ada
sesosok kuntilanak dan sesosok jin hitam. Mereka berdua bertugas untuk
melemahkan pemikiran Muyana sehingga saat berbisnis Mulyana menjadi
sulit berpikir dan mengambil keputusan serta membangkitkan rasa malas
pada diri Mulyana. Hal ini pun diakui Mulyana, bahwa memang betul,
seolah bila ada masalah di bisnisnya dia seperti sangat sulit untuk
mengambil keputusan sehingga tentu saja berdampak pada kemajuan
bisnisnya.
Selanjutnya dilakukan pembersihan di tubuh ibu Mulyana dan adiknya. Dari tubuh mereka berdua pun didapati makhluk
gaib
sejenis jin hitam. Menurut pengakuan makhluk-makhluk tersebut mereka
juga bertugas untuk mematikan pikiran ibu dan adik Mulyana serta
membangkitkan rasa malam bekerja. Selanjutnya dilakukan pembersihan di
rumah Mulyana, hasilnya sangat mengejutkan.
Ternyata ada sekitar
21 makhluk gaib yang ditanam di rumah tersebut. Semua makhluk gaib
tersebut bertugas untuk membuat suasana rumah menjadi tidak nyaman. Ada
yang bertugas untuk membuat ngantuk penghuninya, membuat penyakit
seperti gatal-gatal, pusing kepala, pegal- pegal, dan sebagainya,
tujuannya adalah untuk menghambat kerja dan produktifitas keluarga
Mulyana, sehingga lama kelamaan bila produktifitas kerja menurun,
bisnis-bisnis Mulyana akan hancur dan tercapailah tujuan si pengirim
guna-guna yaitu menghancurkan keluarga Mulyana secara pelan-pelan.
Diakui
juga oleh Mulyana, ibu, dan adiknya, selama ini memang bila sedang di
rumah bawaan selalu ingin tidur, badan sering terasa gatal-gatal, sering
pusing kepala, sering pegal- pegal, seperti yang diakui makhluk-makhluk
gaib tersebut saat mediasi. Selama ini hal tersebut dianggap wajar oleh
Mulyana, ibu, dan adiknya, dan tidak terpikirkan kalau itu adalah
diakibatkan kiriman guna-guna. Memang, hal-hal aneh yang terlihat wajar
itu setelah dipikir kembali hanya terjadi bila mereka sedang ada di
rumah saja.
Semua makhluk tersebut saat mediasi semuanya melawan,
karena pada prinsipnya mereka lebih baik mati daripada harus gagal
menjalankan tugas dari majikannya untuk menghancurkan keluarga Mulyana.
Alhamdulillah
semua makhluk kiriman tersebut dapat dibinasakan oleh Sidik. Setelah
semua makhluk dapat dimusnahkan, Sidik dan Ujang lalu melakukan
pemagaran di rumah Mulyana untuk mencegah terjadinya kiriman guna-guna
seperti itu lagi serta melakukan pembersihan-pembersihan aura negatif
yang mungkin masih tersisa.
Sekali lagi Ujang dan Sidik
menekankan pada Mulyana sekeluarga untuk tidak memikirkan siapa
pelakunya, karena menurut Sidik dan Ujang, setelah guna-guna ini
dibersihkan si pelaku sendiri akan menerima akibatnya.
Mulyana
sekeluarga pun sudah ikhlas dan memaafkan perbuatan si pelaku, karena
yang terpenting bagi Mulyana sekeluarga adalah dapat hidup dengan normal
dan terbebas dari guna-guna. Setelah guna-guna itu dibersihkan, bisnis
yang dijalankan Mulyana mulai ada perkembangan sedikit demi sedikit.
Mulyana merasakan sejak kejadian tersebut, memang dia terasa lebih
nyaman menjalankan bisnisnya, setiap permasalahan dapat diselesaikan
dengan baik, selain itu dia menjadi lebih bersemangat dalam menjalankan
usahanya.
Monday, November 12, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment