By : Andy Febrian
Suatu
ketika seorang anak sedang mengikuti lomba mobil balap mainan. Suasana
sungguh meriah siang itu, karena saat itu adalah babak final. Pada
perlombaan itu hanya tinggal tersisa empat orang, dan mereka
masing-masing memamerkan mobil mainan yang dimilikinya. Semua mainan
mobil balap itu adalah buatan sendiri, sebab memang begitulah
peraturannya.
Ada seorang anak bernama Andi, mobilnya tidak terlalu begitu
istimewa, namun ia termasuk ke dalam empat anak yang masuki final. Di
banding semua lawannya, mobil Andi adalah yang paling tidak sempurna.
Beberapa anak menyaksikan kekuatan mobil itu, untuk berpacu melawan
mobil lainnya.
Yah, memang mobil si Andi memang tidak begitu menarik. Dengan kayu
yang sederhana, dan sedikit lampu yang berkedip di atasnya tentu tidak
sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun,
Andi bangga dengan itu semua, karena mobil itu buatan tangannya
sendiri.
Tibalah saat yang dinantikan, kejuaraan mobil balap mainan. Setiap
anak bersiap-siap di garis start untuk mendorong mobil mereka
sekencang-kencangnya. Di setiap jalur lintasan, telah siap empat mobil
dengan empat pembalap kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan
jalur terpisah diantaranya. Namun sesaat kemudian, Andi meminta waktu
sebentar sebelum lomba di mulai. Ia tampak berkomat kamit seperti sedang
berdoa. Matanya terpejam, dengan tangan yang tertampuh memanjatkan doa.
Lalu, semenit kemudian, ia berkata, “Ya, aku siap!”.
[Duarr...]
Tanda telah di mulai. Dengan hentakan yang kuat, mereka mulai
mendorong mobilnya masing-masing dengan kuat-kuat. Semua mobil itu pun
meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak soraya, bersemangat,
menjagokan mobilnya masing-masing.
“Ayo, ayo, ayo! Cepat! Cepat! Maju maju maju! Ayo..!!!”, begitu teriak mereka.
Dan ternyata, Andi lah pemenangnya. Yah.., semuanya senang. Begitu juga dengan Andi.
Ia berucap, dan berkomat kamit lagi dalam hati, “Terima kasih Tuhan..”.
Saat pembagian piala tiba, Andi maju ke depan dengan bangga. Sebelum
piala itu diserahkan, ketua panitia itu bertanya, “Hey jagoan, kamu tadi
pasti berdoa kepada Tuhan, agar kamu bisa menang kan?!?”.
Andi terdiam, “Bukan Pak, bukan itu yang aku panjatkan. Sepertinya
tidak adil untuk meminta kepada Tuhan untuk menolong saya agar
mengalahkan orang lain. Tetapi tadi, saya hanya memohon kepada Tuhan
supaya saya tidak menangis jika saya kalah”.
Semua hadirin terdiam mendengar hal itu. Setelah beberapa saat, terdengar gemuruh tepuk tangan yang memenuhi ruangan.
Begitulah cerita inspiratif tentang doa sang juara.
Mungkin telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada Tuhan,
untuk mengabulkan permintaan kita, menjadikan kita nomor satu, menjadi
yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Padahal, yang kita butuhkan adalah
bimbinganNya, tuntunanNya, dan panduanNya. Kita sering terlalu lemah
untuk percaya bahwa kita kuat, kita sering lupa, dan kita sering merasa
cengeng dengan kehidupan ini. Tidak adakah semangat perjuangan yang mau
kita lalui?! Saya yakin, Tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan
untuk membuat kita lemah, cengeng, dan mudah menyerah. Karena itu semua
adalah ujian Tuhan kepada setiap hambanya yang sholeh. Dan yang perlu di sadari & di ingat kembali, bahwa Tuhan menyayangi & mencintai setiap hambaNya.
Monday, October 22, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment