Bukan hal yang mudah meningkatkan kesabaran dan menurunkan emosi, termasuk juga meredakan amarah.
Sebuah
penelitian bahkan menyatakan bahwa seseorang mengalami kehilangan
kesabaran adalah sesuatu yang wajar. Namun, bukan berarti tidak bisa
dikendalikan dan diredam.
Sebuah penelitian di Amerika menyatakan
bahwa rata-rata orang mengalami kehilangan kesabaran tiga sampai empat
kali dalam sepekan.
Untuk mengendalikannya, pakar psikologi dan
perilaku sosial, Raymond W Novaco, dari University of California,
menyatakan perlu ada manajemen amarah dalam setiap individu.
tips cara jitu meredam amarah seperti dikutip laman Shine:
Tenangkan diri dan tarik nafas
Begitu
Anda merasa suhu tubuh Anda naik, katakan kepada diri sendiri, "Saya
terganggu, dan harus segera mengalihkan pikiran, lalu segera tarik nafas
dalam-dalam,” kata Novaco. Jika Anda merasa emosi makin menggebu, mulai
bernafas dalam-dalam untuk menenangkan diri.
Bayangkan nafas
masuk dan keluar melalui jantung Anda sambil berpikir tentang sesuatu
dalam hidup Anda dengan penghargaan. Debora Rozman, psikolog California
dan penulis buku 'Transforming Stress: The HeartMath Solution for
Relieving Worry, Fatigue, and Tension' yang telah diuji melalui
pendekatan klinis menyatakan, dengan menenangkan diri dan menarik nafas,
emosi Anda akan kembali stabil.
Lakukan relaksasi
Setiap
orang memiliki ambang kemarahan yang unik didasarkan pada bahan kimia
seperti serotonin. Menurut Emil Coccaro, ketua departemen psikiatri di
Universitas Chicago, tingkat amarah seseorang sering tergantung pada
jenis hari, gairah Anda pun akan bervariasi, dan ketika itu tinggi,
lebih mudah untuk meledakkan amarah.
Olahraga teratur dan praktik
relaksasi dapat membantu Anda menurunkan tingkat gairah. Jika rajin
beraktivitas olahraga dan relaksasi, Anda akan lebih kebal terhadap
ucapan kasar dan aggravations sehari-hari lainnya.
Berikan catatan pada diri sendiri
Caranya
adalah dengan menanyakan pada diri sendiri, apakah ini benar-benar
penting? Apakah Anda akan marah hanya karena masalah sepele?
Kadang-kadang, mungkin kita bisa melihat bagaimana cara orang lain
bereaksi dan kehilangan kesabaran hanya karena masalah kecil, misalnya
berdebat.
Hanya karena masalah sepele, seperti bersenggolan tanpa
sengaja, atau seorang ibu menjerit hanya karena anaknya menumpahkan
sirup di lantai, dan lain sebagainya.
Apakah Anda juga akan
melibatkan emosi hanya karena masalah remeh-temeh seperti itu? Steven
Stosny, seorang spesialis pengendali marah dari Maryland menyatakan
segera setelah keinginan marah timbul, putar pikiran Anda untuk
memikirkan hal-hal positif.
Pikirkan sesuatu yang lucu
Jika
emosi terasa sulit untuk dikendalikan, cobalah untuk memikirkan hal-hal
lucu. Atau ingat-ingat kembali momen-momen lucu yang pernah terjadi
dalam hidup Anda.
Kosongkan pikiran Anda
Pada saat
tingkat emosi meninggi, akan lebih baik menjauh dari masalah sejenak
untuk menenangkan diri. Kosongkan pikiran, bisa dilakukan sambil
mengunyah makanan seperti cokelat. Sebuah riset yang dilakukan Molly
Crockett, psikolog dari Universitas Cambridge, menemukan hubungan antara
homon serotonin dan reaksi marah seseorang.
Jadi, jangan
biarkan perut Anda menjadi kosong saat emosi menggebu. Makanan merupakan
penyumbang dalam menghasilkan hormon serotonin dalam otak. Hormon ini
berperan dalam mengendalikan mood seseorang. Ini menjelaskan kenapa saat
berpuasa emosi kita lebih gampang tersulut tinggi.
Jangan nethink
Ya,
jangan nethink atau negative thinking dulu. Siapa tahu rasa kesal kamu
itu berasal dari rasa membela diri atau being defensive.
Exercise
Setelah
kita marah atau kesal akan sesuatu, rasanya akan sangat sulit untuk
melupakannya. Biar pikiranmu lebih relax, sesampainya di rumah cobalah
berolahraga atau exercise. Selain baik untuk kesehatan, olahraga adalah
cara terbaik untuk menghilangkan rasa penat dan kesal.
Salurkan pada hobi
Selain
berolahraga, cara cepat meredam rasa kesal adalah mengusirnya dengan
hobi. Contoh, jika kamu hobi menulis, tulislah semua unek-unek kamu ke
dalam diary, selami hobi kamu sejenak sampai kamu merasa tenang dan bisa
tersenyum kembali.
Wednesday, October 24, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment