Seorang pria separuh baya berjalan menapaki ramainya kendaraan yang
berlalu lalang. Diantara keramaian itu, di atas pundaknya memikul sebuah
meja kecil yang cukup berat. Dengan sabar ia berjalan selangkah demi
selangkah dengan menanggung beratnya meja yang ntah kemana mau di antar.
Kendaraan yang lewat seakan tidak mau mengalah, semua yang lewat seakan
di kejar oleh sang waktu sehingga pria tersebut harus hati-hati sambil
menanti dirinya cukup aman untuk menyeberangi jalanan yang cukup besar
disana.
Selang waktu beberapa menit kemudian, di tengah-tengah kemacetan saya
melihat seorang nenek mendorong sebuah gerobak berisikan mainan
anak-anak yang terbuat dari plastik. Suara gerobak yang di dorongnya
seakan menunjukkan bahwa dirinya harus keras terhadap dunia. Untaian
langkahnya tidak seperti para pedagang-pedagang yang saya lihat, langkah
demi langkahnya seakan penuh dengan makna, penuh dengan harapan agar barang dagangannya dapat terjual.
Saya memang tidak bisa melakukan apa-apa dari dua hal yang saya lihat
di atas. Meskipun saya bisa sedikit berempati apa yang mereka (dan
orang lainnya yang bernasib sama) rasakan, namun saya menganggap “Mereka
lebih mulia daripada seorang pengemis..”. Berjuang menggunakan kakinya
sendiri lebih baik hanya berdiam pasrah menanti ilham datang menjemput.
Saya yakin, bahwa anda pernah melihat, merasakan, atau bahkan merasa
iba dengan contoh pemandangan-pemandangan seperti di atas. Itu semua
adalah bukti bahwa “Kita memang harus keras terhadap kehidupan ini, jika
tidak, justru kita yang akan dilindas kerasnya perjuangan kehidupan
ini”. Seringkali terlihat di pinggiran jalan, nasib orang-orang yang
(menurut kita) kurang beruntung. Kita memang tidak bisa membantu
apa-apa, tapi sebenarnya, kita bisa membantu memberikan suatu hal yang mungkin lebih baik daripada sebuah materi dalam catatan kehidupan ini, yaitu doa.
Kita tidak tahu seperti apa keadaan kehidupan kita selanjutnya,
karena segala hal tentang ‘Esok’ adalah sebuah misteri Ilahi yang telah
ditentukannya. Memberikan sebuah doa
kecil kepada mereka yang kurang beruntung, anda akan merasa bahwa anda
adalah orang yang beruntung, meskipun anda hanya dapat memberikan sebuah
doa.
Monday, October 22, 2012
Memberilah, meskipun hanya seuntai Do’a
by
Silvia
on
October 22, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment